"Beda memang dengan diabetes sebelum ibu hamil. Ini yang sulit karena gejala tidak khas pada pasien lain seperti gampang haus, gampang lapar, dan gampang pipis. Maka dari itu ada protokol di dokter kandungan diperiksa gula darah rutin setiap tiga bulan sekali selama masa kehamilan," terang dr Indra Wijaya SpPD.
dr Indra menambahkan, pemeriksaan gula darah pada ibu hamil harus dilakukan tiap trimester, termasuk saat usia kandungannya sudah menginjak usia 9 bulan. Jika kadar gula darah di atas batas normal, kemungkinan besar yang bersangkutan mengalami diabetes gestational.
Diperkirakan, diabetes gestational bisa menetap menjadi diabetes melitus pada 50% ibu hamil, setelah mereka melahirkan. Meskipun, diabetes bisa saja hilang setelah si anak lahir pada 50% ibu hamil lainnya. Penyebab diabetes gestational, dikatakan dr Inda pertama karena faktor genetik dan kedua faktor janin.
"Terjadi resistensi insulin, artinya reseptor insulin terganggu dan hal ini dipicu oleh janin. Tapi kita juga harus perhatikan faktor lain seperti pola diet kalau si ibu suka makan yang manis-manis. Kondisi ini bisa berefek buruk pada bayi, misalnya giant baby (bayi lahir dengan berat badan sangat besar)," tambah dokter yang praktik di RS Siloam Karawaci ini.
Untuk penanganan diabetes gestational, biasanya pasien akan disarankan untuk menggunakan insulin karena cenderung lebih aman untuk kondisi ibu yang sedang hamil. Namun, dr Indra mengungkapkan setidaknya sejak 5 tahun lalu penggunaan obat oral pun sah-sah saja bagi ibu hamil, tergantung dari keputusan si ibu.
"Obat tablet cukup aman dan bisa diberikan pada ibu hamil, tapi yang utama insulin. Untuk penanganan diabetes gestational ini pastinya ada kerja sama dokter obgyn yang melakukan skrining kemudian pasien bisa berkonsultasi dengan spesialis penyakit dalamnya," tutup dr Indra.
http://health.detik.com/